ads

Latar Belakang Penyerangan Bus Suporter PSCS di Jogja

Tags:
penyerang PSCS
Seperti diberitakan sebelumnya, (Bus PSCS diserang) bus yang membawa rombongan suporter PSCS dari Solo menuju Cilacap dihentikan dan dilempari batu oleh serombongan suporter BCS (bagian suporter PSS Sleman) di Jalan Solo Yogyakarta, penumpangnya dianiaya yang mengakibatkan seorang suporter PSCS meninggal Dunia.

Apa sebenarnya yang melatarbelakangi penyerangan tersebut, berikut adalah pengakuan dari 8 tersangka yang saat ini diamankan di Polda DIY.

"Kita balas dendam. Dulu soalnya sewaktu ke Cilacap kita juga diserang," jelas PK (25), salah satu dari 8 tersangka pelaku penyerangan bus suporter PSCS Cilacap, Selasa (14/10/2014).

Berlatar belakang dendam itulah, suporter BCS (bagian dari Slemania) menyusun rencana untuk balas dendam, sudah lama mereka mengetahui kapan suporter PSCS akan ke Solo untuk bertanding melawan Persis Solo, dan pada hari H mereka mulai melakukan aksinya, berdasarkan informasi dari kelompok BCS jaringan Solo, mereka tahu bus apa yang dinaiki oleh suporter PSCS.

PK yang merupakan salah satu suporter BCS ini menuturkan, ada ratusan orang yang saat itu ikut menyerang. Mereka berasal dari berbagai komunitas yang induknya adalah suporter BCS.
"Ada seorang koordinator yang memberikan kabar. Jadi yang datang bisa ratusan orang," jelasnya.

Tersangka PK mengatakan, sebelum bus melintas, semua berkumpul di daerah Bogem, Kecamatan Kalasan, Sleman. Setelah berkumpul, lalu menyebar di sepanjang jalan Solo-Jogja supaya tidak terdeteksi. Ketika bus yang ditumpangi suporter PSCS Cilacap melintas, mereka lantas menyerang dengan melempari batu. Selain melempari, ada beberapa orang dengan sepeda motor yang mengejar. Bus akhirnya dapat mereka hentikan di depan parkiran Bandara Adi Sutjipto. Setelah berhenti beberapa orang langsung masuk ke bus dan melakukan penyerangan.

Mereka menyerang dengan membabi buta dengan senjata yang sudah mereka persiapkan, korban tewas M. Ichwanudin (tercatat sebagai mahasiswa UIN Sunan Kalijaga) duduk didekat pintu depan karena memang berniat turun di Janti untuk pulang ke kostnya. Korban mendapat luka tusukan senjata tajam yang terkena ke ulu hatinya.






Menanggapi alasan balas dendam yang disampaikan oleh para tersangka, tentu saja ini membuat suporter PSCS kurang setuju, karena apa yang mereka katakan seolah-olah pihak suporter PSCS yang terlebih dahulu membuat masalah.

Awalnya adalah dari sebuah  laga ujicoba antara PSCS Cilacap dan PSS Sleman di stadion Wijayakusuma Cilacap, pada saat itu Slemania yang datang ke Cilacap dalam jumlah yang sangat banyak, hampir separoh stadion dipenuhi oleh suporter PSS. Memang terjadi intrik-intrik kecil sepanjang pertandingan, awalnya karena suporter PSS melakukan lemparan botol ke arah suporter PSCS, yang akhirnya hal itu dibalas oleh Lanus (sebutan suporter PSCS), tetapi sebenarnya hal tersebut tidak berlanjut menjadi sebuah permasalahan yang lebih besar.

Memang ada beberapa oknum suporter PSCS yang sempat melakukan penghadangan terhadap bus suporter PSS, tetapi tidak terjadi kejadian besar karena bisa ditangani dengan baik oleh pihak keamanan. Dan setelah itupun kondisi antara kedua suporter kondusif, hingga kemudian adanya kejadian yang menewaskan salah satu suporter PSCS, ini merupakan kejadian yang sangat mengagetkan dan tidak diduga sama sekali.

Kejadian ini menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga untuk semuanya, wacana PSSI untuk menghentikan sementara gelaran Divisi Utama mungkin bisa menjadi pertimbangan yang baik, karena sepakbola adalah sebuah olahraga yang seharusnya menjadi ajang prestasi bukan ajang untuk saling membunuh.

Kejadian ini sungguh mencoreng nama Jogja, yang dikenal sebagai kota yang ramah dengan siapa saja, mungkin untuk beberapa waktu kedepan, pandangan masyarakat terhadap Jogja akan sedikit berubah, Jogja bisa jadi bukan lagi menjadi sebuah tempat yang ramah, tapi penuh dengan kefanatisan yang berlebihan, dimulai ketika kasus Florence mengungkapkan kekesalannya di media sosial, hingga terbunuhnya seorang suporter PSCS dengan cara yang brutal di Jogjakarta.

Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi.

Posting Komentar

Lagi Hangat